Bagaimana Seharusnya SIKAP Kita Mengalami Penyakit?
Frasa “Beralih ke dokter mana pun yang dapat Anda temukan ketika Anda sakit kritis” secara langsung mencerminkan perasaan cemas, ketidakberdayaan, dan kepanikan orang-orang ketika mereka sakit. Sebagai orang Kristen, meskipun kita tahu bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, bahwa Tuhan memberi kita nafas dan bahwa Tuhan mengatur hidup dan mati manusia, kita masih akan merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan ketika menghadapi penyakit. Karena itu aku bingung tentang hal ini: Ketika penyakit menimpa kita, bagaimana kita harus mengalaminya agar dapat menghadapinya dengan tenang dan memiliki iman yang benar kepada Tuhan? Aku sering berdoa dan mencari kepada Tuhan tentang hal ini, dan mencari serta bersekutu dengan saudara-saudara. Setelah beberapa waktu, aku mengerti: Ketika kita sakit, hanya dengan memahami apa maksud Tuhan di balik kita sakit dan dengan menguasai empat prinsip, barulah kita dapat mengatasi perasaan gelisah, panik dan tidak berdaya, serta membangkitkan iman yang sejati kepada Tuhan. Di sini aku akan membagikan pemahaman yang sederhana dengan saudara-saudari, berharap dapat membantu kita semua.
1. Pahami Sumber Penyakit dan Jangan Mengeluh Kepada Tuhan
Ketika kita sakit, setiap orang akan memiliki pemikiran masing-masing, dan beberapa saudara dan saudari akan mengeluh tentang penyakit mereka, mengatakan hal-hal seperti: “Mengapa aku mendapatkan penyakit ini ketika aku percaya pada Tuhan?” dan “Mengapa Tuhan tidak menjaga dan melindungiku?” Ada juga beberapa saudara dan saudari yang akan berpikir bahwa mereka sakit karena mereka tidak menyenangkan Tuhan dalam beberapa cara dan Tuhan tidak senang dengan mereka, sehingga mereka putus asa dan menyerah, dan mereka salah paham dan menyalahkan Tuhan, hidup dalam keadaan negatif … Ini adalah ekspresi keadaan yang kita miliki ketika kita sakit, dan semuanya disebabkan karena kita tidak memahami sumber penyakit. Sebenarnya, apapun penyakit yang kita derita, kita tidak boleh menyalahkan Tuhan atau salah paham tentang Tuhan, karena penyakit itu berasal dari Iblis, karena itu muncul setelah kita dirusak oleh Iblis. Firman Tuhan berkata: “Apa sumber penderitaan seumur hidup mulai dari melahirkan, kematian, penyakit, dan usia tua yang manusia alami? Apa yang menyebabkan manusia mengalami hal-hal ini Manusia tidak mengalami hal-hal ini ketika mereka pertama kali diciptakan, bukan? Jadi darimanakah datangnya semua itu? Semua ini terwujud setelah manusia dicobai Iblis dan daging mereka menjadi merosot. Rasa sakit daging manusia, penderitaannya, dan kehampaannya serta urusan dunia manusia yang sangat menyedihkan, hanya datang begitu Iblis telah merusak manusia. Setelah manusia dirusak oleh Iblis, ia mulai menyiksa mereka. Akibatnya, mereka menjadi semakin merosot. Penyakit mereka menjadi semakin parah, dan penderitaan mereka semakin lama menjadi semakin berat. Semakin banyak orang merasakan kekosongan dan tragedi dunia manusia, juga ketidakmampuan mereka untuk terus hidup di sana, dan mereka merasa semakin lama semakin kehilangan harapan untuk dunia. Jadi. penderitaan ini ditimpakan kepada manusia oleh Iblis, dan hal ini terjadi hanya setelah manusia dirusak Iblis dan daging manusia menjadi merosot” (“Makna dari Tuhan Mengecap Penderitaan Duniawi” dalam “Rekaman Pembicaraan Kristus”).
Seperti yang kita semua ketahui, Adam dan Hawa pada awalnya mengindahkan firman Tuhan dan menaati-Nya dan mereka tinggal di Taman Eden di bawah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan dan sepenuhnya bebas dari kekhawatiran; mereka tidak mengenal penyakit atau kematian, apalagi kesusahan atau kekhawatiran. Kemudian, Adam dan Hawa dibujuk oleh Iblis untuk memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, yang dilarang Tuhan untuk dimakan, sehingga mereka menjauhi dan mengkhianati Tuhan, mereka kehilangan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan dan mereka jatuh di bawah wilayah kekuasaan Iblis. Oleh karena itu, penyakit, kekhawatiran, kekosongan, kematian, dan sebagainya menimpa umat manusia. Selama ribuan tahun, Iblis telah menggunakan ajaran sesat dan kekeliruan orang-orang terkenal untuk menipu dan merusak manusia, misalnya ateisme, materialisme, dan evolusionisme, serta berbagai filosofi Iblis seperti “Jika orang tidak memperjuangkan kepentingannya sendiri, maka akan binasa” “Tidak pernah ada Juruselamat,” “Takdir seseorang berada di tangannya sendiri,” “Manusia akan melakukan apa pun untuk menjadi kaya” “Semakin kamu menderita, semakin kamu akan berhasil” “Raih kebahagiaanmu sendiri,” “Uang bisa membuat dunia berputar.” Filosofi Iblis terus-menerus mengindoktrinasi orang dengan ajaran sesat dan kekeliruan ini melalui saluran seperti pendidikan di sekolah, pengaruh orang tua dan komunikasi melalui lingkungan sosial. Setelah kita diracuni dan dipengaruhi oleh ajaran sesat dan kekeliruan ini, kita kemudian menyangkal keberadaan Tuhan dan kedaulatan Tuhan, kita tidak lagi percaya bahwa Tuhanlah yang menyediakan dan menopang kita, dan kita tidak lagi percaya bahwa Tuhan yang memerintah nasib kita semua. Sebaliknya, kita bergantung pada berbagai ajaran sesat, kekeliruan, filosofi dan aksioma Iblis untuk hidup dan kita menganjurkan uang, menjadi terikat pada kesombongan, dan kita mengejar ketenaran, kekayaan dan status. Untuk memperoleh tingkat kenikmatan materi yang lebih tinggi, kita mengeluarkan semua pikiran kita, kita memutar otak, dan bekerja sangat keras, dan kita membayar berapapun harga, bahkan dengan mengorbankan kesehatan kita sendiri. Ketika kita telah bekerja keras tetapi keinginan kita akan uang, ketenaran, kekayaan dan status tidak terpenuhi, kita akan menjadi cemas, marah dan mudah tersinggung, dan bahkan bisa menjadi kecewa dengan kehidupan. Perasaan tertekan dan sakit dalam hidup dalam jangka panjang tidak hanya membuat kita lelah baik tubuh maupun pikiran dan menyebabkan kita mengalami penderitaan yang luar biasa, tetapi juga menyebabkan tubuh kita mengalami berbagai kondisi yang berbeda, seperti pusing dan sesak di dada, neurasthenia dan dalam kasus yang parah, kita bahkan menderita penyakit seperti depresi, hipertensi, dan penyakit jantung. Untuk masuk ke sekolah yang bagus dan unggul dari orang lain, beberapa siswa membenamkan diri sepenuhnya dalam belajar dan berusaha keras untuk belajar, dan dengan demikian pada usia muda menderita spondylosis serviks dan neurasthenia; ketika mereka gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi, beberapa siswa tidak dapat menerima kenyataan, dan mereka merasa sedih setiap hari dan mengalami depresi berat. Ada juga banyak orang yang, untuk menghasilkan lebih banyak uang dan menjadi yang teratas, bekerja keras di luar kemampuan tubuh mereka untuk menanggung, menyebabkan mereka menderita penyakit di berbagai bagian tubuh seperti punggung, kaki, leher dan bahu mereka, perut dan jantung mereka, dan bahkan bisa mati karena kelelahan. Ini hanya beberapa contoh, dan darinya kita dapat melihat bahwa penyakit adalah hasil dari kerusakan yang ditimbulkan oleh Iblis kepada kita, dan itu adalah hasil disebabkan karena kita menyangkal Tuhan, menjauhi Tuhan dan mengkhianati Tuhan, serta mengejar kekayaan, ketenaran, kekayaan dan status dengan mengandalkan kerja keras kita sendiri. Oleh karena itu, ketika kita sakit di masa depan, kita harus bersikap masuk akal dan mengambil pendekatan yang benar, dan kita tidak boleh menyalahkan atau salah paham tentang Tuhan.
2. Dengan Mengikuti Hukum Kehidupan yang Ditetapkan oleh Tuhan, Kita Dapat Mengurangi Penderitaan Sakit Penyakit
Terkadang, kita bisa jatuh sakit karena kita telah melanggar hukum kehidupan yang telah ditetapkan oleh Tuhan untuk manusia. Firman Tuhan berkata: “Beberapa ribu tahun telah berlalu, dan umat manusia masih menikmati cahaya dan udara yang dianugerahkan oleh Tuhan, masih mengembuskan napas yang diembuskan oleh Tuhan itu sendiri, masih menikmati bunga, burung, ikan dan serangga yang diciptakan oleh Tuhan, dan menikmati semua hal yang disediakan oleh Tuhan; siang dan malam masih terus saling berganti; empat musim bergantian seperti biasa …. Setiap jenis makhluk hidup di antara segala sesuatu pergi dan kembali, dan kemudian pergi lagi, sejuta perubahan terjadi dalam sekejap mata—tetapi apa yang tidak berubah adalah naluri dan hukum kelangsungan hidup mereka. Mereka hidup di bawah perbekalan dan pemeliharaan Tuhan, dan tidak ada yang dapat mengubah naluri mereka, dan tidak ada yang dapat merusak aturan kelangsungan hidup mereka” (“Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia“).
Tuhan menciptakan segala sesuatu di langit dan di bumi dan Dia menciptakan manusia. Tuhan juga menetapkan aturan dan hukum kehidupan bagi umat manusia dan untuk segala sesuatu. Misalnya, Tuhan menetapkan bagi umat manusia bahwa kita harus makan tiga kali sehari, bekerja di siang hari dan istirahat di malam hari, dan makan makanan yang Tuhan sediakan bagi kita sesuai dengan musim, dan seterusnya. Hanya dengan mengikuti hukum kehidupan yang telah Tuhan tetapkan bagi manusia, dengan menikmati makanan harian yang Tuhan berikan kepada kita dan hidup di bumi secara teratur, kita dapat menghindari beberapa penyakit, dan kemudian secara alami kita akan memiliki tubuh yang sehat. Namun, kita menjadi semakin dirusak oleh Iblis, dan tidak ada tempat bagi Tuhan di hati kita. Untuk memuaskan keinginan fisik kita, seringkali kita melanggar hukum kehidupan yang telah Tuhan tetapkan bagi manusia dan kita tidak menjalani kehidupan yang teratur, ini mengakibatkan tubuh kita dijangkiti oleh segala macam penyakit. Sebagai contoh, beberapa orang sering bermain game di ponsel mereka atau mereka bersenang-senang sampai dini hari atau bahkan sepanjang malam, dan kehidupan mereka yang tidak teratur serta pola kerja dan istirahat menyebabkan mereka mengalami gangguan endokrin, lesu, kerusakan ginjal dan sebagainya, yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai masalah fisik. Beberapa orang mendambakan kesenangan fisik dan, untuk memuaskan selera mereka, mereka sering melakukan hal-hal seperti makan dan minum sebanyak yang mereka inginkan, mereka makan makanan yang tidak sesuai musim atau makanan yang mentah, dingin atau berminyak, dan mereka bahkan makan makanan cepat saji dalam waktu lama, yang kemudian menyebabkan kekurangan gizi dan penurunan kekebalan, dan mengembangkan enteritis, masalah perut, dan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Ada yang mengidap hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, bahkan kanker, dll. Apalagi di zaman yang serba maju ilmu pengetahuan dan teknologi ini, orang bisa membeli apa saja yang dibutuhkan tanpa harus keluar rumah. Duduk di depan komputer dalam waktu lama dalam satu posisi dapat menyebabkan sirkulasi yang buruk, nyeri di punggung, kaki, leher, bahu, dan yang lebih parahnya, dapat menyebabkan spondylosis serviks dan tonjolan diskus lumbal. Contoh-contoh ini adalah buah pahit dari pelanggaran hukum kehidupan yang telah Tuhan tetapkan bagi kita. Oleh karena itu, kita harus mengikuti hukum kehidupan yang ditetapkan oleh Tuhan dan, sesuai dengan keadaan kita masing-masing, membuat penyesuaian yang cocok dengan pola kerja dan istirahat kita sehingga kita bekerja di siang hari dan istirahat di malam hari, dan kita harus terus berolahraga dan keluar mendapatkan udara segar lebih banyak. Dalam hal diet, kita tidak harus fokus pada rasa, tetapi pada nutrisi. Menjalani kehidupan yang teratur seperti ini dapat mengurangi penderitaan sakit penyakit.
3. Tenang di hadapan Tuhan dan Renungkan Diri Sendiri, serta Bertobat kepada Tuhan
Firman Tuhan berkata: “Bagaimana seharusnya awal penyakit dialami? Engkau harus datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan berusaha untuk memahami kehendak-Nya, serta memeriksa kesalahan apa yang kaulakukan, atau watak rusak apa yang ada di dalam dirimu yang tidak dapat kauselesaikan. Engkau tidak dapat menyelesaikan watakmu yang rusak tanpa rasa sakit. Orang harus ditempa oleh rasa sakit; baru setelah itulah mereka akan berhenti menjadi tidak bermoral dan selalu hidup di hadapan Tuhan. Saat dihadapkan dengan penderitaan, orang akan selalu berdoa. Tidak akan ada pemikiran tentang makanan, pakaian, atau kesenangan; dalam hati mereka, mereka akan berdoa, dan memeriksa apakah mereka telah melakukan sesuatu yang salah atau tidak selama ini. Sering kali, ketika orang diserang penyakit serius atau penyakit yang tidak biasa, dan penyakit itu menyebabkan mereka sangat kesakitan, hal-hal ini tidak terjadi secara kebetulan; entah engkau sakit atau sehat, kehendak Tuhan ada di balik semua itu” (“Pandanglah Segala Sesuatu dari Mata Kebenaran” dalam “Rekaman Pembicaraan Kristus”). Firman Tuhan menunjukkan kepada kita jalan praktik tentang bagaimana kita harus mengalami sakit penyakit. Meskipun beberapa penyakit disebabkan oleh hukum alam, ada yang lain juga tidak terjadi tanpa alasan, dan ada niat baik Tuhan berada di balik penyakit ini, karena Tuhan mengaturnya sehingga kerusakan dan pemberontakan kita dapat ditahirkan dan diubah. Karena kita telah sangat dirusak oleh Iblis dan kita dipenuhi dengan watak Iblis seperti kesombongan dan keangkuhan, kebengkokan dan kecurangan, kejahatan dan keganasan, dll., kita sering tidak mampu menghentikan diri kita sendiri dari berbuat dosa dan melawan Tuhan. Sebagai contoh, ketika kita bekerja dan berkhotbah untuk Tuhan, kita sering menyombongkan diri dan memamerkan diri kita sendiri tentang seberapa banyak penderitaan yang telah kita alami, seberapa jauh yang telah kita tempuh dan seberapa banyak pekerjaan yang telah kita lakukan, yang menyebabkan saudara-saudari mengidolakan dan memandang tinggi kita, dan mereka tidak memiliki tempat bagi Tuhan di dalam hati mereka. Terkadang, untuk menjaga gengsi dan status kita, mau tidak mau kita berbohong dan menipu orang, dan kita sering mengatakan satu hal di depan orang lain dan hal lain di belakang mereka. Terkadang, ketika kita melihat bahwa rekan kerja kita lebih baik dalam memberikan khotbah daripada kita dan saudara-saudara semua ingin mendengarnya, kita bisa merasa iri dan dendam, dan kita tidak ingin ada orang yang lebih baik atau lebih kuat dari kita, sedemikian rupa sehingga kita menilai, meremehkan dan mengecualikan mereka. Kadang-kadang, hati kita bisa menjadi tertarik pada tren jahat dan kita melekat pada uang dan menikmati hal-hal materi, kita menghindari Tuhan dan tidak mengejar kebenaran. Ini hanya beberapa contoh. Untuk membangun kita dan membuat kita tidak lagi memberontak atau melawan Dia, dan agar kita tidak tertipu dan dirugikan di bawah kekuasaan Iblis, Tuhan menggunakan ujian melalui penyakit untuk membuat kita merenungkan dan mengenal diri kita sendiri dan membuat kita berbalik kepada-Nya tepat pada waktunya. Ini tepat menggenapi kata-kata dalam Alkitab: “Dia menghajar siapa yang dikasihi Tuhan” (Ibrani 12:6). Oleh karena itu, ketika kita sakit, kita harus datang ke hadapan Tuhan, berdoa dan mencari kehendak Tuhan, merenungkan hubungan kita dengan Tuhan dan apakah kita telah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak dan tuntutan Tuhan. Dalam doa, pencarian dan refleksi kita, Tuhan akan menerangi dan membimbing kita sehingga kita dapat melihat dengan jelas kerusakan dan pemberontakan kita, sementara pada saat yang sama memahami kebenaran dan kekudusan Tuhan, memahami bahwa Tuhan membenci kita hidup dalam dosa dan bersukacita ketika kita menerapkan firman-Nya dan hidup dengan firman-Nya untuk menghidupi keserupaan manusia. Dari sini, kita dapat menghargai upaya keras kepada Tuhan untuk menyelamatkan kita, dan hati kita tidak bisa tidak menghormati Dia, kita semakin membenci watak rusak kita, dan kemudian kita dapat memutuskan untuk mengejar kebenaran dengan baik, bertobat dan mencapai perubahan.
Aku pernah mendengar seorang saudari menceritakan pengalamannya dalam hal ini. Suatu hari, saudari itu tiba-tiba masuk angin. Dia mengalami demam 39 derajat, dan kondisinya tidak membaik bahkan setelah dia disuntik dan minum obat. Mau tak mau dia bertanya-tanya: “Pilekku tidak membaik, jadi mungkinkah karena aku telah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan?” Saudari itu pergi ke hadapan Tuhan untuk mencari kehendak-Nya, dan dia merenungkan situasinya selama beberapa hari terakhir. Dia berpikir bahwa, sejak dia menjadi pemimpin gereja, dia mampu memberikan khotbah dan melakukan beberapa pekerjaan, dan dia telah mampu menyelesaikan beberapa kesulitan dan masalah saudara-saudaranya, dan dia merasa seperti dia sangat mengejar kebenaran, lebih baik daripada orang lain, dan dia sering merasa sangat senang dengan dirinya sendiri dan sangat mengagumi dirinya sendiri. Ketika rekan kerja menunjukkan beberapa kekurangan dalam pekerjaannya, meskipun dia tampak menerima ini di permukaan, tetapi hatinya tidak akan menerimanya, dan terkadang dia mencoba membenarkan tindakannya kepada rekan kerjanya. Ketika rekan kerjanya membuat beberapa saran yang masuk akal tentang pekerjaan gereja, dia tidak mencari atau merenungkan untuk melihat apakah saran rekan kerjanya sesuai dengan kebenaran atau tidak, tetapi dia berpegang teguh pada pandangannya sendiri dan menolak pendapat rekan kerjanya. Hal ini menyebabkan dia tidak dapat bekerja secara harmonis dengan rekan-rekan kerjanya, dan hal itu menyebabkan terhambatnya pekerjaan gereja. Setelah merenungkan dirinya sendiri, saudari itu menyadari bahwa dia terlalu sombong dan angkuh, bahwa dia tidak menerima atau tunduk pada kebenaran, bahwa dia tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan dan bahwa bukan hanya jalan masuk kehidupannya rusak, tetapi juga bahwa dia juga telah menunda pekerjaan gereja. Saudari itu menyadari bahwa dia adalah seseorang yang telah dirusak oleh Iblis, dan jika bukan karena bimbingan Tuhan, dia tidak akan dapat melakukan pekerjaan apa pun sama sekali. Bahwa dia dapat melakukan sedikit pekerjaan dan dapat menyelesaikan beberapa kesulitan dan masalah saudara dan saudari, sepenuhnya karena pekerjaan Tuhan, dan usahanya untuk mencuri kemuliaan Tuhan telah membuat Dia jijik. Pada saat yang sama, saudari itu juga memahami bahwa kehendak Tuhan adalah agar dia dapat mengejar kebenaran dalam menjalankan tugasnya, bekerja sama secara harmonis dengan saudara-saudara, memanfaatkan bakat setiap orang, karena setiap orang belajar dari kelebihan satu sama lain dan, bersama-sama untuk memenuhi pekerjaan yang Tuhan perintahkan untuk mereka lakukan, karena hanya dengan cara itu pekerjaan gereja akan lebih baik lagi. Setelah dia sampai pada pemahaman ini, saudari itu merasa sangat malu dan menyesal, dan dia buru-buru bertobat dan mengakui dosa-dosanya kepada Tuhan. Dia kemudian menerapkan menjadi orang yang jujur sesuai dengan firman Tuhan dan menjadi sangat terbuka dengan saudara-saudaranya tentang kerusakannya sendiri. Setelah itu, ketika dia melakukan pekerjaan gereja dan ketika dia berhasil menyelesaikan masalah saudara-saudaranya, dia akan mengucapkan terima kasih dan pujiannya kepada Tuhan dan mengakui bahwa kemuliaan adalah milik Tuhan. Ketika bekerja sama dengan rekan kerjanya, selama saran rekan kerjanya sesuai dengan kebenaran dan bermanfaat bagi pekerjaan gereja, dia akan selalu menerimanya. Ketika saudari itu mulai menerapkan dengan cara ini, keadaannya sembuh dan, tanpa dia sadari, penyakitnya menjadi lebih baik. Setelah pengalaman ini, saudari itu mengerti bahwa penyembuhan penyakit dan rasa sakit sangat bermanfaat bagi orang-orang, karena itu sebenarnya adalah kasih dan perlindungan sejati Tuhan bagi manusia. Selama pengalamannya, dia memperoleh beberapa pengetahuan tentang watak Tuhan yang benar: Sementara dia hidup dalam kerusakan, tidak menyadari bahwa dia harus mengubah arah, Tuhan menggunakan penyakitnya untuk mendisiplinkannya dan mendorongnya untuk menenangkan hatinya dan merenungkan dirinya sendiri; ketika dia kembali kepada Tuhan, Tuhan membimbingnya dan mencerahkannya untuk mengetahui watak rusaknya sendiri dan untuk memahami kehendak Tuhan; ketika dia bertobat kepada Tuhan dan mulai mempraktikkan kebenaran, dia menikmati pekerjaan Roh Kudus dan penyakitnya berangsur-angsur membaik. Saudari itu menyadari bahwa Tuhan ada di samping kami, bekerja secara praktis untuk menyelamatkan kami dari kerusakan. Dia juga mulai memahami bahwa, ketika penyakit menimpa kita, dengan berdoa kepada Tuhan dan belajar memahami kehendak Tuhan serta dengan merenungkan dan mengenal diri kita sendiri, maka kita dapat mengambil banyak pelajaran darinya—penyakit sebenarnya adalah kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk masuk ke dalam kebenaran.
4. Selama Pemurnian dari Penyakit, Memiliki Iman dan Bersaksi bagi Tuhan
Ada beberapa pepatah yang berbunyi, “Ketika orang tua sakit untuk waktu yang lama, bahkan putra yang paling berbakti pun akan meninggalkan tempat tidur mereka,” dan “Waktu mengungkapkan hati seorang.” Ketika kita baru saja jatuh sakit, kita masih memiliki iman untuk melewatinya; kita dapat berdoa kepada Tuhan dan memeriksa diri kita sendiri untuk masalah dan kita dapat fokus untuk memperbaiki keadaan kita yang salah. Tetapi ketika penyakit kita berlanjut dan tidak kunjung sembuh, kita mungkin mulai membuat tuntutan terhadap Tuhan yang tidak masuk akal dan bahkan dapat menyalahkan dan salah paham akan Tuhan. Jadi bagaimana kita harus mengalami situasi seperti ini? Apa kehendak Tuhan? Firman Tuhan berkata, “Dan Aku akan membawa bagian ketiga itu melewati api, dan akan memurnikan mereka seperti perak dimurnikan, dan akan mengujinya seperti emas diuji: mereka akan memanggil nama-Ku, dan Aku akan mendengar mereka: Aku akan berkata, Ini adalah umat-Ku: dan mereka akan berkata, Yahweh adalah Tuhanku” (Zakharia 13:9). Dari firman Tuhan kita memahami bahwa, selama proses Tuhan menyelamatkan kita, Tuhan akan mengatur segala macam situasi untuk menguji dan memurnikan kita, dengan demikian mengungkap dan memurnikan watak rusak dan kekotoran batin kita dalam iman. Pada saat yang sama, Dia mengatur situasi untuk menyempurnakan iman kita kepada-Nya dan kasih kepada-Nya. Penyakit adalah salah satu cara di mana Tuhan memurnikan kita dan, ketika kita mengalaminya, kita harus menjaga iman kita kepada Tuhan. Apakah penyakit kita menjadi lebih baik atau tidak, kita tidak boleh membuat tuntutan yang tidak masuk akal kepada Tuhan, tetapi harus terus berdiri di tempat makhluk ciptaan, tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, serta menjadi kesaksian bagi Tuhan.
Seperti yang dicatat dalam Alkitab, misalnya, Ayub mengikuti jalan Tuhan, dan dia takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan memuji iman Ayub dan menyebut Ayub sebagai manusia yang sempurna di mata-Nya. Iblis, tidak yakin, dan ingin Ayub menyangkal dan mengkhianati Tuhan, sehingga menggoda Ayub berkali-kali dan menyebabkan tubuhnya menderita bisul yang menyakitkan, dari atas kepala hingga telapak kakinya. Meskipun Ayub sangat kesakitan, dia tidak pernah menyalahkan Tuhan, tetapi malah mengatakan hal-hal rasional seperti, Tetapi ia menjawab istrinya: “Engkau berbicara seperti perempuan bodoh. Apakah kita mau menerima yang baik dari tangan Tuhan dan tidak mau menerima yang jahat?” Dalam semua ini Ayub tidak berdosa dengan bibirnya. (Ayub 2:10) dan berdiri teguh dalam kesaksiannya kepada Tuhan. Selama menjalani ujian ini, Ayub dapat menghindari berbuat dosa melalui mulut, karena dalam kehidupan sehari-harinya, dia menghargai dari dalam segala hal yang telah Tuhan ciptakan, kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan serta kasih Tuhan kepada manusia; dia tahu betul bahwa dia hanyalah makhluk ciptaan yang harus tunduk pada pengaturan Tuhan. Meskipun sakit tubuhnya menyebabkan dia menderita siksaan yang luar biasa, dia selalu takut akan Tuhan di dalam hatinya, dia bisa menerima dan menaati dari lubuk hatinya apa yang terjadi padanya, dia tidak terkekang oleh penyakitnya dan, pada akhirnya, Iblis melarikan diri karena malu. Oleh karena itu Tuhan memuji Ayub dan menampakkan diri kepadanya dalam angin dan berbicara kepadanya. Iman Ayub kepada Tuhan meningkat melalui ujian seperti itu; dia menghargai dan menikmati ujian seperti itu, dan hatinya dipenuhi dengan kedamaian dan sukacita. Kita dapat melihat dari ujian Ayub bahwa beberapa penyakit adalah ujian Tuhan, tetapi karena kita memiliki watak yang rusak, itu juga dapat dikatakan sebagai godaan Iblis. Iblis ingin menggunakan penyakit untuk menghancurkan iman kita kepada Tuhan, membuat kita menyalahkan Tuhan, mengkhianati Tuhan dan meninggalkan Tuhan. Namun hikmat Tuhan dijalankan berdasarkan skema tipu daya Iblis dan, melalui penyakit, Tuhan menyempurnakan iman kita kepada-Nya. Kita percaya bahwa nasib kita ada di tangan Tuhan dan Tuhan yang memutuskan kapan kita lahir, kapan kita mati dan penyakit apa yang akan kita derita, dan memilih untuk mempercayakan semuanya kepada Tuhan dan tunduk pada pengaturan-Nya adalah pilihan terbaik yang bisa kita buat. Dengan cara ini, kita dapat tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, kita tidak lagi dibatasi oleh penyakit, dan kita dapat terus berdiri di tempat makhluk ciptaan untuk menyembah Tuhan; kita dapat mendekatkan diri kepada Tuhan sebagaimana mestinya dan mengejar kebenaran dengan sebaik-baiknya; kita dapat bertekun dalam melakukan tugas makhluk ciptaan dan kita dapat menghadapinya dengan tenang apakah Tuhan menghilangkan penyakit kita atau tidak; bahkan jika kita sakit sepanjang hidup kita, kita tidak akan mengeluh. Ini adalah kesaksian yang harus kita berikan di hadapan Tuhan, dan menerapkan dengan cara ini, hati kita akan merasa tenang dan damai.
Akhirnya, kita harus memperhatikan bahwa, ketika kita memeriksa diri kita sendiri dan mengalami pekerjaan Tuhan ketika kita sakit, kita dapat memilih untuk mencari bantuan medis atau melewatinya dengan mengandalkan iman kita—tidak ada aturan tentang ini. Yang paling penting adalah bahwa kita dapat memperoleh kebenaran darinya dan bahwa hidup kita melihat beberapa kemajuan dan menuai beberapa hasil.
Saudara dan saudari, hidup di dunia ini kita akan menghadapi hal-hal yang tidak pernah kita harapkan setiap hari, seperti siksaan penyakit, kekurangan hidup, penganiayaan keluarga kita dan fitnah orang duniawi, dan sebagainya. Sebagai orang Kristen, bagaimana kita harus mencari dan memahami kehendak Tuhan dan memetik pelajaran untuk mendapatkan kebenaran dalam segala macam ujian, adalah sesuatu yang harus kita cari dan masuki. Aku berharap keempat prinsip penerapan yang telah dipersekutukan di atas dapat membantu kalian mengatasi rintangan penyakit, dan aku sangat berharap saudara-saudari dapat memahami kehendak Tuhan, mendapatkan kebenaran dan menjadi kesaksian dalam setiap ujian. Semoga Tuhan membimbing dan memberkati kita. Amin. Oleh Du Shuai
Dengan Memahami Keempat Prinsip untuk Mendekat Kepada Tuhan ini, Hubungan Anda dengan Tuhan akan Menjadi Semakin Dekat
Alkitab berkata, “Mendekatlah kepada Tuhan, dan Dia akan mendekat kepada engkau” (Yakobus 4:8). Sebagai orang Kristen, hanya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan berinteraksi dengan Tuhan secara nyata, Anda dapat mempertahankan hubungan yang normal dengan Tuhan dan memperoleh pekerjaan Roh Kudus. Jadi bagaimana sebenarnya Anda bisa menjaga hubungan yang dekat dengan Tuhan? Anda hanya perlu memahami empat hal di bawah ini, dan hubungan Anda dengan Tuhan pasti akan menjadi semakin dekat.
1. Berdoa kepada Tuhan dengan Hati yang Jujur dan Digerakkan oleh Roh Kudus
Doa adalah saluran yang melaluinya kita berkomunikasi dengan Tuhan. Melalui doa, hati kita lebih mampu untuk menjadi tenang di hadapan Tuhan, untuk merenungkan firman Tuhan, mencari kehendak-Nya dan membangun hubungan yang normal dengan Tuhan. Tetapi dalam kehidupan, karena sibuk dengan pekerjaan atau tugas-tugas rumah tangga, kita sering sekadar melakukan rutinitas dalam doa, dan hanya memperlakukan Tuhan secara acuh tak acuh dengan mengucapkan beberapa kata dengan asal-asalan. Ketika kita sibuk dengan hal pertama di pagi hari, misalnya, pergi bekerja atau menyibukkan diri dengan sesuatu yang lain, kita berdoa dengan tergesa-gesa: “Oh Tuhan! Aku memercayakan pekerjaan hari ini ke dalam tangan-Mu, dan aku memercayakan anak-anak dan orang tuaku kepada-Mu. Aku mempercayakan semuanya ke dalam tangan-Mu, dan aku mohon kiranya Engkau memberkati dan melindungiku. Amin!” Kita memperlakukan Tuhan secara acuh tak acuh dengan mengucapkan beberapa kata sembarangan. Hati kita tidak tenang, apalagi memiliki interaksi yang nyata dengan Tuhan. Terkadang, kita mengucapkan kata-kata yang terdengar menyenangkan, dan beberapa kata yang hampa dan sombong kepada Tuhan dalam doa, dan kita tidak mengucapkan apa yang ada di dalam hati kita kepada Tuhan. Atau kadangkala, ketika berdoa, kita mengucapkan kata-kata tertentu yang kita hafalkan, dan kita mengucapkan kata-kata lama dan basi yang sama setiap waktu, dan ini sepenuhnya menjadi doa ritual keagamaan. Banyak doa seperti ini diucapkan dalam hidup kita—doa yang berpegang teguh pada aturan, dan doa di mana kita tidak membuka hati kita kepada Tuhan ataupun mencari kehendak-Nya. Tuhan benci ketika kita berdoa tanpa maksud sesungguhnya, karena doa semacam ini hanya menyangkut tampilan luar dan ritual keagamaan, dan tidak ada interaksi yang nyata dengan Tuhan dalam roh kita. Orang-orang yang berdoa seperti ini memperlakukan Tuhan secara acuh tak acuh dan menipu Dia. Karena itu, doa-doa seperti ini tidak didengar oleh Tuhan dan orang-orang yang berdoa dengan cara ini menjadi sangat sulit digerakkan oleh Roh Kudus. Ketika berdoa seperti ini, mereka tidak dapat merasakan hadirat Tuhan, roh mereka menjadi gelap dan lemah, dan hubungan mereka dengan Tuhan semakin lama menjadi semakin jauh.
Tuhan Yesus berkata: “Tuhan adalah Roh dan mereka yang menyembah Dia harus menyembah Dia dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24). Tuhan adalah Pencipta yang memenuhi seluruh langit dan bumi. Dia berada di samping kita setiap waktu, memperhatikan setiap kata dan tindakan kita, setiap pikiran dan gagasan kita. Tuhan adalah yang tertinggi, benar-benar bermartabat, dan ketika kita berdoa kepada Tuhan, kita menyembah Tuhan, dan kita harus datang di hadapan Tuhan dengan hati yang jujur. Karena itu, ketika berdoa kepada Tuhan, kita harus memiliki hati yang takut akan Tuhan, berbicara dengan tulus dan jujur kepada-Nya, menyerahkan keadaan kita yang sebenarnya, kesulitan dan penderitaan kita di hadapan Tuhan dan memberi tahu Dia tentang semuanya itu. Kita juga harus mencari kehendak Tuhan dan mencari jalan pengamalan, karena hanya dengan cara inilah doa kita akan selaras dengan kehendak Tuhan. Misalnya, kita menghadapi beberapa kesulitan dalam hidup, atau kita melihat diri kita hidup dalam situasi di mana kita terus-menerus berbuat dosa dan mengakuinya, dan kita merasa tersiksa. Jadi, kita membuka hati kepada Tuhan, memberitahukan masalah ini kepada Tuhan dan mencari kehendak-Nya, lalu Tuhan akan melihat ketulusan kita dan Dia akan menggerakkan kita. Dia akan memberi kita iman, atau Dia akan menerangi kita untuk memahami kehendak-Nya. Dengan cara ini, kita menjadi paham akan kebenaran dan memiliki langkah ke depan. Misalnya, ketika kita benar-benar menyadari bahwa doa kita hanya berpegang teguh pada aturan dan hanya dipanjatkan sebagai formalitas, atau kita berbicara dengan sombong atau hampa, dan kita tidak memiliki interaksi yang nyata dengan Tuhan, maka kita dapat berdoa dengan cara seperti ini: “Oh Tuhan! Saat aku berdoa sebelumnya, aku hanya memperlakukan-Mu dengan acuh tak acuh. Semua yang kukatakan itu kuucapkan untuk menipu-Mu dan aku tidak berbicara dengan tulus sama sekali. Aku merasa sangat berutang kepada-Mu. Mulai hari ini dan seterusnya, aku ingin berdoa dengan hatiku. Aku akan mengatakan kepada-Mu apa pun yang kupikirkan dalam hatiku, dan aku akan menyembah-Mu dengan hati yang jujur, dan memohon bimbingan-Mu.” Ketika kita membuka diri kepada Tuhan seperti ini dari lubuk hati kita, hati kita pun akan digerakkan. Kemudian kita melihat betapa kita telah memberontak terhadap Tuhan, dan kita bahkan berharap untuk lebih sungguh-sungguh bertobat kepada Tuhan dan berbicara dengan tulus kepada-Nya. Pada saat inilah kita akan merasa bahwa hubungan kita dengan Tuhan sangat dekat, seolah-olah kita berhadapan muka dengan-Nya. Inilah hasil dari membuka hati kita kepada Tuhan.
Membuka hati kita kepada Tuhan tidak ada hubungannya dengan seberapa banyak kita berkata-kata kepada-Nya, atau apakah kita menggunakan kata-kata yang semarak atau bahasa yang indah. Selama kita membuka hati kita kepada Tuhan dan memberi tahu Dia tentang keadaan kita yang sebenarnya, mencari bimbingan dan pencerahan-Nya, maka Tuhan akan mendengarkan kita bahkan jika kita hanya mengucapkan beberapa kata sederhana. Jika kita sering mendekat kepada Tuhan dengan cara ini, apakah itu pada pertemuan ibadah atau selama bersaat teduh, atau ketika kita menyusuri jalan atau duduk di dalam bus atau di tempat kerja, hati kita akan selalu diam-diam membuka diri kepada Tuhan dalam doa. Tanpa menyadarinya, hati kita kemudian dapat menjadi lebih tenang di hadapan Tuhan, kita akan lebih memahami kehendak Tuhan dan, ketika menghadapi masalah, kita akan tahu bagaimana melakukan kebenaran untuk memuaskan Tuhan. Dengan cara ini, hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi jauh lebih normal.
2. Saat Membaca Firman Tuhan, Renungkanlah Dengan Hatimu dan Engkau Akan Memahami Makna Sejatinya
Orang-orang Kristen melakukan saat teduh dan membaca firman Tuhan setiap hari. Bagaimanakah cara kita membaca firman Tuhan agar dapat mencapai hasil yang baik sekaligus membuat hubungan kita dengan Tuhan menjadi lebih dekat? Firman Tuhan mengatakan: “Cara orang percaya kepada Tuhan, mengasihi Tuhan, dan memuaskan Tuhan adalah dengan menyentuh Roh Tuhan dengan hati mereka dan dengan demikian memperoleh kepuasan-Nya, dan dengan menggunakan hati mereka untuk merenungkan firman Tuhan dan dengan demikian mereka digerakkan oleh Roh Tuhan” (“Membangun Hubungan yang Benar Dengan Tuhan Sangatlah Penting“). Firman Tuhan memberi tahu kita bahwa, ketika membaca firman-Nya, kita harus merenungkannya dan mencari dengan hati kita, kita harus memperoleh pencerahan dan penerangan Roh Kudus, dan kita harus memahami kehendak Tuhan dan apa yang Dia kehendaki dari kita. Hanya dengan membaca firman Tuhan dengan cara ini, usaha kita akan membuahkan hasil dan kita akan lebih dekat kepada Tuhan. Ketika membaca firman Tuhan, jika kita hanya melihatnya sepintas lalu tanpa benar-benar memperhatikan, jika kita hanya berfokus memahami beberapa huruf tertulis dan doktrin untuk memamerkan diri kita dan tidak menaruh perhatian pada pemahaman akan makna firman Tuhan yang sebenarnya, maka seberapa pun banyaknya kita membaca firman-Nya, kita tidak akan selaras dengan kehendak-Nya, apalagi mampu membangun hubungan yang normal dengan Tuhan.
Karena itu, ketika membaca firman Tuhan, kita harus menenangkan hati dan menggunakan hati kita untuk merenungkan mengapa Tuhan mengatakan hal-hal seperti itu, apakah kehendak Tuhan dan apakah hasil yang ingin dicapai Tuhan bersama kita dengan mengatakan hal-hal seperti itu. Hanya merenungkan firman-Nya secara mendalam dengan cara inilah kita dapat memahami kehendak Tuhan dan menjadi lebih berkenan di hati-Nya, dan hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi makin normal. Sebagai contoh, kita melihat bahwa Tuhan Yesus berkata: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Kecuali engkau dipertobatkan, dan menjadi sama seperti anak kecil, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Matius 18:3). Kita semua dapat memahami makna sepintas dari pernyataan ini, bahwa Tuhan ingin kita menjadi orang jujur. Tetapi hal-hal seperti pentingnya menjadi orang jujur, mengapa Tuhan mencintai orang jujur dan bagaimana tepatnya menjadi seorang yang jujur, semua itu adalah persoalan yang harus kita renungkan secara lebih mendalam. Melalui pembacaan doa dan perenungan firman Tuhan, kita akan memahami bahwa esensi Tuhan adalah setia, dan bahwa tidak ada kebohongan atau kecurangan dalam apa pun yang Tuhan katakan atau lakukan, dan karena itulah Tuhan mengasihi orang jujur dan membenci orang yang curang. Tuhan menghendaki kita agar menjadi orang jujur, karena hanya dengan menjadi orang jujur sesuai dengan tuntutan Tuhan, kita dapat dituntun oleh Tuhan ke dalam kerajaan-Nya. Jadi bagaimana tepatnya kita menjadi orang jujur? Pertama, kita tidak boleh berbicara dusta, tetapi kita harus murni dan terbuka serta mengatakan apa yang ada dalam hati kita; kedua, kita tidak boleh bertindak curang, kita harus mampu meninggalkan kepentingan kita sendiri, dan tidak menipu Tuhan maupun manusia; ketiga, tidak boleh ada kecurangan dalam hati kita, tidak boleh ada motif atau tujuan pribadi dalam tindakan kita, tetapi sebaliknya kita harus bertindak hanya untuk melakukan kebenaran dan memuaskan Tuhan. Setelah terang ini dicapai melalui perenungan, kita merenungkan tindakan dan perilaku kita dan kemudian melihat apakah kita masih memiliki banyak ungkapan curang: Saat berurusan dengan orang lain, sering kali kita tidak dapat menghentikan diri kita sendiri untuk tidak berbohong atau menipu demi melindungi kepentingan, reputasi, dan status kita sendiri. Ketika mengorbankan diri kita sendiri untuk Tuhan, kita mungkin mengatakan dalam doa bahwa kita ingin mengasihi Tuhan dan memuaskan-Nya, tetapi ketika ujian menimpa kita, misalnya anak sakit atau kita sendiri sakit atau anggota keluarga kehilangan pekerjaan, kita mulai mengeluh kepada Tuhan, sedemikian rupa sehingga kita ingin menghentikan pekerjaan kita di gereja. Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa kita mengorbankan diri kita sendiri untuk Tuhan dengan cara yang cemar, dan dengan cara di mana kita membuat kesepakatan dengan Tuhan. Kita mengorbankan diri kita untuk Tuhan agar mendapat keuntungan dari Tuhan, dan tidak semata-mata demi memuaskan Tuhan. Ini hanya beberapa contoh dari ungkapan kecurangan kita. Dari ungkapan-ungkapan ini, kita dapat melihat bahwa kita bukanlah orang yang benar-benar jujur. Setelah melihat dengan jelas kelemahan dan kekurangan kita sendiri, ketetapan hati pun muncul dalam diri kita untuk haus akan kebenaran dan kita berusaha melakukan lebih banyak firman Tuhan dalam hidup kita. Inilah hasil yang dicapai dengan merenungkan firman Tuhan.
Tentu saja, hasil ini tidak dapat dicapai dengan merenungkan firman Tuhan satu kali, tetapi dengan merenungkan firman-Nya berkali-kali. Kita juga harus secara sadar melakukan firman Tuhan setiap kali menghadapi masalah. Singkatnya, selama kita tanpa henti merenungkan firman Tuhan dengan hati kita dengan cara ini, maka kita akan dapat memperoleh pencerahan dan penerangan Roh Kudus. Suatu hari, kita akan mendapatkan terang baru, dan hari berikutnya kita akan mendapatkan sedikit lebih banyak terang baru dan, seiring berjalannya waktu, kita akan dapat lebih memahami tentang kebenaran dalam firman Tuhan, jalan pengamalan akan menjadi lebih jelas, hidup kita akan mengalami kemajuan secara bertahap, dan hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi makin dekat.
3. Carilah Kebenaran dan Lakukanlah Firman Tuhan dalam Segala Hal
Hal yang paling penting bagi orang Kristen untuk mempertahankan hubungan yang normal dengan Tuhan adalah dengan mencari kebenaran ketika mereka menghadapi masalah dan melakukan sesuai dengan firman-Nya. Tetapi dalam kehidupan, ketika menghadapi masalah, sering kali kita mengandalkan pengalaman kita sendiri atau menggunakan cara-cara manusia untuk menanganinya, atau kita menanganinya sesuai dengan pilihan kita sendiri. Kita sangat jarang menenangkan diri di hadapan Tuhan dan mencari kebenaran, atau menangani masalah sesuai dengan kehendak Tuhan. Ini menyebabkan kita kehilangan banyak kesempatan untuk melakukan kebenaran, dan kita menjadi makin jauh dari Tuhan. Firman Tuhan berkata: “Tidak peduli apa yang engkau lakukan, tidak peduli seberapa besar masalahnya, dan terlepas apakah engkau melakukan tugasmu dalam keluarga Tuhan atau apakah ini adalah masalah pribadimu, engkau harus mempertimbangkan apakah masalah ini sesuai dengan kehendak Tuhan, apakah masalah ini sesuatu yang seharusnya dilakukan seseorang dengan kemanusiaan, dan apakah yang engkau lakukan akan membuat Tuhan bahagia atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Jika engkau melakukan dengan cara ini, engkau adalah orang yang mencari kebenaran dan orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan” (“Mencari Kehendak Tuhan dan Melakukan Kebenaran Sebisa Mungkin”). “Jika engkau tetap berada di dalam firman-Ku, engkau adalah sungguh-sungguh murid-Ku” (Yohanes 8:31). Firman Tuhan menunjukkan kepada kita jalan yang jelas. Apakah kita melakukan pekerjaan di gereja atau menangani masalah yang kita temui dalam hidup kita, kita harus selalu mencari kebenaran dan memahami kehendak Tuhan, melihat bagaimana menangani masalah dengan cara yang memenuhi tuntutan Tuhan, menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan semua masalah yang mungkin kita hadapi dan mempertahankan hubungan normal kita dengan Tuhan.
Ambillah contoh bagaimana kita harus mencari kebenaran ketika memilih pasangan hidup, misalnya. Ketika mencari pasangan hidup, kita selalu mengikuti pilihan kita sendiri dan berfokus pada penampilan dan perangai orang itu, dan kita mencari pria yang jangkung, kaya, dan tampan, atau wanita berkulit putih, yang kaya dan cantik, percaya bahwa kita hanya akan memiliki pernikahan yang bahagia jika menikahi seseorang yang seperti itu, dan bahwa kita akan menjalani kehidupan jasmaniah yang nyaman, tenteram, dan menyenangkan, dan orang lain akan iri pada kita. Namun, pernahkah kita bertanya-tanya apakah menemukan pasangan seperti itu bermanfaat bagi kepercayaan kita kepada Tuhan dan bagi kemajuan hidup kita? Jika pasangan hidup kita tidak percaya kepada Tuhan dan mereka mencoba menghentikan kita untuk percaya kepada Tuhan, akan seperti apa hasilnya? Alkitab berkata: “Janganlah engkau menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya” (2 Korintus 6:14). Dari sini, kita dapat melihat bahwa aspirasi orang tak percaya dan orang percaya tidak berjalan seiring dan tidak cocok satu sama lain. Dalam pendekatan mereka terhadap iman dan tren sosial, mereka masing-masing akan memiliki pandangan sendiri dan akan mengejar hal-hal yang berbeda: seorang Kristen akan punya keinginan untuk mengikuti jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, sedangkan orang tidak percaya akan punya keinginan untuk mengikuti tren jahat dunia. Jika kita dipersatukan dengan orang tidak percaya, kita tentu akan dipengaruhi oleh mereka, dan kemajuan hidup kita akan terhambat. Karena itu, ketika memilih pasangan, kita harus mempertimbangkan kemanusiaan dan karakter orang itu dan mempertimbangkan apakah bergaul dengan mereka akan menguntungkan kepercayaan kita kepada Tuhan, apakah kita berdua seia sekata atau tidak, dan apakah aspirasi kita sesuai. Jika tidak mempertimbangkan hal-hal ini, tetapi hanya berfokus semata-mata pada penampilan luar orang tersebut dan situasi keluarga mereka, maka, setelah kita menikah, rasa sakit akan datang karena kita tidak seia sekata. Jika pasangan hidup kita juga mencoba memaksa dan menghentikan kita untuk percaya kepada Tuhan, ini akan menghancurkan kehidupan rohani kita lebih jauh. Karena itu dapat dilihat bahwa, tidak peduli masalah apa yang mungkin kita temui dalam hidup kita, hanya dengan mencari kebenaran, memahami kehendak Tuhan dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, kita dapat hidup di bawah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, dan hanya dengan cara itulah kita dapat memelihara hubungan normal kita dengan Tuhan.
4. Datanglah di hadapan Tuhan dan Refleksikan Diri Sendiri Setiap Hari, dan Peliharalah Hubungan Baikmu dengan Tuhan
Tuhan Yahweh berkata: “Pertimbangkanlah cara hidupmu” (Hagai 1:7). Dari firman Tuhan, kita dapat melihat bahwa merefleksikan diri sendiri sangat diperlukan untuk jalan masuk kehidupan kita! Melalui refleksi, kita dapat melihat bahwa kita memiliki begitu banyak kekurangan dan bahwa kita terlalu jauh dari kriteria yang dituntut Tuhan. Karena itu motivasi untuk mengejar kebenaran muncul dalam diri kita, kita bertekad untuk meninggalkan daging dan berupaya yang terbaik untuk melakukan sesuai dengan firman Tuhan. Dengan cara ini, kita berhati-hati untuk bertindak sesuai dengan tuntutan Tuhan dalam pengalaman praktis kita, kita melakukan firman Tuhan, dan hubungan kita dengan Tuhan menjadi makin normal. Sebagai contoh, orang-orang di antara kita yang melayani sebagai para pemimpin di gereja melihat bahwa dikatakan di dalam Alkitab: “Gembalakanlah kawanan domba Tuhan yang ada di antaramu, awasilah mereka, bukan dengan paksaan, tetapi dengan rela; bukan demi mencari untung, tetapi dengan kesediaanmu; Bukan sebagai penguasa atas warisan Tuhan, tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1 Petrus 5:2–3). Karena itu, hendaknya kita melakukan refleksi diri ketika sedang menggembalakan saudara-saudari kita, dan bertanya pada diri sendiri: apakah kita berhati-hati untuk bersaksi tentang firman Tuhan dan kehendak-Nya, dan memimpin saudara-saudari kita di hadapan Tuhan, ataukah kita mengatakan hal-hal yang terdengar muluk dan sia-sia ketika menyampaikan khotbah untuk pamer, dan memberitakan huruf-huruf tertulis dan doktrin untuk membuat saudara-saudari memuja dan mengagumi kita? Ketika saudara-saudari memberi saran yang masuk akal bagi kita, apakah kita merefleksikan masalah kita sendiri ataukah kita menolak menerima saran mereka, sampai-sampai kita bahkan berdalih dan berusaha membela diri kita sendiri? Melalui refleksi diri, kita dapat melihat bahwa masih ada banyak area dalam pelayanan kita kepada Tuhan di mana kita memberontak, dan bahwa kita masih memiliki banyak watak rusak yang mengharuskan kita untuk tetap terus-menerus mencari kebenaran agar semua masalah itu dapat terselesaikan. Dengan cara ini, kita dapat berperilaku rendah hati, lebih mencari kehendak Tuhan dalam pekerjaan kita, dan kita dapat memimpin saudara-saudari kita sesuai dengan tuntutan Tuhan. Jika kita tidak dapat sering datang di hadapan Tuhan dan merefleksikan diri kita sendiri, kita akan gagal mengenali kerusakan dan kekurangan kita sendiri dan tetap menganggap bahwa diri kita adalah orang-orang yang mengejar kebenaran. Karena itu kita akan puas dengan berdiam diri dan menolak untuk mencapai kemajuan lebih lanjut, dan kita akan menjadi lebih congkak dan merasa benar sendiri, memercayai bahwa diri kita berkenan di hati Tuhan. Namun kenyataannya, tindakan dan perilaku kita tidak akan dapat diterima oleh Tuhan, dan Tuhan akan membenci kita. Karena itu dapat dilihat bahwa sering terlibat dalam refleksi diri sangatlah penting dan bahwa pengamalan kebenaran seseorang dibangun di atas dasar mengenal dirinya sendiri. Hanya dengan memiliki pengetahuan yang benar tentang kerusakan dan kekurangannya sendirilah seseorang dapat menyesal kemudian bangkit, lalu dia akan mau mengejar kebenaran dan melakukan firman Tuhan. Refleksi diri sangat bermanfaat bagi perkembangan hidup kita, dan itulah kunci yang tidak bisa kita abaikan untuk mendekat kepada Tuhan.
Ada banyak cara untuk merefleksikan diri kita sendiri: kita dapat merefleksikan diri kita sendiri dalam terang firman Tuhan; kita dapat merefleksikan diri kita sendiri dalam kesalahan yang kita buat dalam kehidupan sehari-hari; Ketika orang lain menunjukkan kelemahan dan kerusakan kita, itu bahkan merupakan kesempatan yang sangat baik untuk merefleksikan diri kita sendiri; selain itu, ketika kita melihat kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita, kita juga dapat merefleksikan diri kita sendiri, menganggap kesalahan mereka sebagai peringatan, memetik pelajaran dan diuntungkan oleh semua pelajaran itu, dan lain sebagainya. Refleksi diri tidak terbatas pada siang atau malam hari. Kapan saja dan di mana saja, kita dapat berdoa kepada Tuhan di dalam hati kita, merenungkan dan mengetahui kerusakan kita sendiri, serta dapat mencari kehendak dan tuntutan Tuhan dalam firman-Nya, lalu bertobat pada waktunya. Namun, sebelum kita pergi tidur setiap malam, kita harus merenungkan dan merangkum semua yang kita lakukan hari itu, dan kita akan dapat memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang keadaan kita dan mengetahui hal-hal apa yang belum kita perbaiki. Begitu kita mulai melakukan ini, pengejaran kita akan lebih terarah dan akan lebih bermanfaat untuk membangun hubungan yang normal dengan Tuhan.
Saudara-saudari, keempat poin di atas adalah jalan pengamalan bagi kita untuk mendekat kepada Tuhan. Selama kita melakukan poin-poin ini, maka hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi lebih dekat, kita akan memiliki jalan pengamalan dengan masalah-masalah yang kita hadapi, dan Tuhan akan memberikan kita damai sejahtera dan sukacita dan akan memungkinkan kita untuk hidup dalam berkat-berkat-Nya. Jadi, mengapa kita tidak mulai sekarang?
Sejarah Gereja Umum
1. Gereja Berada Dalam Pemerintahan Romawi
Wilayah kekaisaran Romawi mulai selat Gibraltar sampai sungai Frat, dan dari tanah Mesir sampai Inggris. Bahasa yang digunakan sebagai bahasa pergaulan, yaitu bahasa Yunani yang pada zaman itu disebut bahasa Koine. Dalam wilayah agama Romawi yang luas itu terdapat sejumlah besar agama suku. Namun banyak orang tidak puas lagi dengan agama-agama yang lama dan mereka mencari jalan keselamatan dalam berbagai macam kepercayaan. Banyak juga yang memeluk agama Yahudi. Di Mesopotamia terdapat agama Babilonia dengan kepercayaannya kepada pengaruh takdir atas kehidupan manusia. Di daerah Iran terdapat agama Zoroaster yang oleh raja-raja Persia sesudah tahun 225 dijadikan agama Negara. Dari sudut kebudayaan yang paling menonjol adalah kebudayaan Hellenisme. Kebudayaan ini meneruskan kebudayaan Yunani dari zaman kejayaan kota Atena (abad 5 dan 3 sM). Selain itu ada upaya untuk mengawinkan agama Yahudi dengan Hellenisme, misalnya Philo dari Alexandria tahun 40.
Pada tahap awal, agama Yahudi yang paling besar mempengaruhi kehidupan gereja. Sebagaimana diketahui pada abad pertama Masehi bangsa hidup hidup terserak di wilayah kekaisaran Romawi dan di luar wilayah tersebut. Yang tinggal di Palestina hanya sekitar 1 juta orang. Hubungan orang Yahui dengan bangsa-bangsa lain waktu itu kurang harmonis. Ketaatan orang-orang Yahudi kepada Taurat menyebabkan mereka harus hidup terasing dari orang-orang di sekitarnya. Orang-orang Yahudi menganggap di luar agama mereka sebagai agama politheis. Walau demikian, banyak juga orang yang bukan Yahudi justru tertarik kepada agama Yahudi yang monotheistis. Mereka yang memeluk agama Yahudi tersebut disebut orang-orang proselit.
Filsafat zaman Yunani-Romawi berusaha memberi pegangan baru kepada manusia. Salah satu filsafat Yunani yang berpengaruh adalah filsafat Platonisme. Aliran ini berasal dari Plato (375 SM). Pada abad III aliran ini mendapat bentuk yang baru dalam filsafat Platonis, yang diberi nama “Neo-Platonisme”. Ciri-ciri utama filsafat Platonisme adalah bahwa Allah berada jauh tak terhingga di atas dunia dan manusia. Tentang Dia tidak dapat diungkapkan dengan apapun: Ia tidak bergerak, tidak bertindak, tidak memperkenalkan diri, tidak mempunyai nama. Tetapi dari padaNya mengalir Nous (= roh, pemikiran). Selain itu juga mengalir Logos (= firman) yang menyatakan Nous Allah di dalam roh manusia dan dalam tata-tertib dunia ini. Nous dan Logos merupakan pengantara antara Allah dengan manusia serta dunia. Mereka bersifat ilahi, tetapi kadar “keilahiannya” tidak sampai kepada kesempurnaan mutlak. Jadi dalam filsafat ini hakikat Allah dipahami secara bertingkat.
2. Abad Pertama Sejarah Gereja
Dalam perkembangan ajarannya, gereja akhirnya menyadari bahwa ketaatan kepada hukum Taurat tidak boleh lagi dianggap sebagai syarat mutlak untuk memperoleh keselamatan. Pemahaman itu menyebabkan gereja tidak lagi membatasi dirinya kepada orang-orang Yahudi. Gereja meluas dan masuk di tengah-tengah dunia orang bukan Yahudi. Jadi sebelum itu orang Kristen pertama terdiri orang-orang Yahudi, yang mana mereka tetap mengunjungi Bait Allah serta sinogoge, dan mereka mentaati hukum Taurat. Ketika gereja dapat berhasil berkembang ke dalam dunia orang kafir, gereja menghadapi persoalan teologis. Bagaimana dengan orang-orang Kristen bukan Yahudi itu? Orang-orang Kristen mentaati hukum Taurat. Apakah orang-orang Kristen bukan Yahudi juga harus mentaati hukum Taurat? Dalam hal ini sikap Paulus sangat tegas, bahwa tidak perlu bagi orang-orang Kristen untuk mentaati hukum Taurat sebagai syarat untuk memperoleh keselamatan. Tetapi banyak orang Kristen-Yahudi yang tetap mempertahankan Taurat sebagai syarat keselamatan (Gal 2-3) sebagai syarat keselamatan. Kelompok ini disebut sebagai orang-orang Yudais.
Pada awal perkembangan gereja, salah satu pusat PI yang utama adalah Antiokhia. Di sini pertama kali muncul jemaat yang terdiri dari orang-orang kafir (Kis. 11:20). Jemaat ini dipakai Tuhan sebagai alat untuk membawa Injil ke daerah-daerah yang lebih jauh. Utusan jemaat Antiokhia yang terkenal adalah Paulus. Ia mengabarkan Injil di wilayah Asia Kecil (sekarang Turki) dan di Yunani (45-57). Pengaruh agama Kristen yang paling besar adalah Asia Kecil. Bila PI tidak mudah bergerak ke Timur. Sebab orang menghadapi rintangan berupa tapal batas antara kekaisaran Romawi dan kerajaan Persia. Kedua Negara ini saling berperang. Selain itu bahasa Yunani jarang dipakai di Timur, dan kebudayaan Hellenisme kurang berpengaruh di Timur.
Cara pengungkapan iman Kristen pada abad II menggunakan Didache (= pengajaran). Salah satu tulisan yang terkenal sesudah zaman para rasul adalah Didache yang ditulis di Siria (tahun 100). Kitab ini singkat seperti surat Yakobus. Isi kitab Didache adalah pembaca dihadapkan pilihan jalan kehidupan dan jalan maut. Juga berisi kebiasaan-kebiasaan berpuasa, berdoa, ibadah khususnya perayaan sakramen-sakramen, dan tata-gereja). Dalam kitab Didache, agama Yahudi dan kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi ditolak dengan keras, sedangkan corak pemikiran dan inti agama Yahudi tetap dipertahankan. Selain Didache terdapat pula surat-surat yang ditulis oleh Bapa-bapa gereja, seperti Ignatius (tahun 110). Ia menulis 7 surat kepada beberapa jemaat di Asia Kecil bagian Barat dan kepada jemaat di Roma. Juga terdapat surat dari Yustinus Martir (tahun 165). Dari ajarannya, Yustinus Martir sangat dipengaruhi oleh filsafat Stoa tentang konsep Logos, sehingga Yesus dipandang sebagai mediator Ilahi yaitu menjadi pengantara antara Allah dan dunia. Karena itu Kristus berada di bawah Allah. Selain itu terdapat tokoh bernama Bardaisan (tahun 154-222) yang dahulu seorang bangsawan dari Edessa. Ia sangat terpengaruh oleh astrologi (ilmu nujum) dari Babilonia kuno yang percaya bahwa bintang-bintang mempengaruhi kehidupan manusia. Setelah menjadi Kristen, Bardaisan merumuskan jawabannya dalam bukunya yang berjudul “Takdir”. Walau ia percaya pada pengaruh bintang, tetapi ia juga menekankan sikap manusia yang menentukan.
Pada zaman PB telah tersusun konsep Tata-Gereja. Di setiap jemaat terdapat penatua (presbuteroi). Dari antara mereka dipilih para penilik (episkopoi) yang dibantu oleh Diaken-Diaken (diakonoi).
Di samping itu terdapat pula pengajar dan nabi. Mereka tidak dipilih tetapi dihormati karena memiliki karunia-karunia Roh yang dianugerahkan. Tampaknya golongan ini sangat berpengaruh. Semula dalam gereja awal tidak terdapat perbedaan tingkat, tetapi sekitar tahun 100 para “penilik” mulai menganggap para pelayan yang lain sebagai bawahannya. Karena itu kemudian ditetapkan suatu hirarkhi (urutan pangkat): penilik-penatua-diaken. Kemudian agar lebih praktis, pimpinan dilaksanakan oleh satu orang, maka mulailah lazim ada satu Penilik untuk seluruh jemaat. Kelak jabatan Penilik ini berubah menjadi Uskup. Sehingga Uskuplah yang berkuasa dalam jemaat bagai seorang raja dalam wilayah kerajaannya. Bila timbul masalah berat, para Uskup dari tiap-tiap jemaat tersebut berkumpul dalam rapat sinode. Sinode pertama dari para Uskup diadakan tahun 180. Dalam sistem ini di mana Uskup-Uskup bersama-sama berkuasa dalam gereja disebut dengan “Episkopalisme”. Sistem pemerintahan gereja ini masih terdapat dalam gereja Orthodoks-Timur (di Rusia dan Eropa Tenggara) dan dalam Gereja Anglikan. Mula-mula gereja di Eropa Barat memakai sistem Episkopal, tetapi Uskup Roma yang disebut Paus mengklaim memiliki seluruh kekuasaan, sehingga ia memerintah atas Gereja Katolik Roma.
3. Tantangan Gnostik dan Sikap Gereja
Kata “gnostik” berasal dari kata Yunani “gnosis” = pengetahuan. Mereka merasa memiliki pengetahuan baru dan jauh lebih tinggi dari iman Kristen. Mereka beranggapan bahwa dunia yang penuh penderitaan ini tidak mungkin berasal ciptaan Allah yang baik. Tubuh dipandang sebagai yang hina dan kotor. Karena itu Kristus datang ke dunia bukan untuk menebus tubuh manusia, tetapi jiwa manusia yang dahulu adalah suci. Karena itu pula Yesus dianggap hanya memiliki tubuh maya, bukan tubuh yang sesungguhnya. Yesus tidak mati sungguh-sungguh di kayu salib. Ia menebus manusia bukan dengan kematianNya, tetapi dengan pengajaranNya. Untuk selamat manusia harus melakukan askese dan mistik, yaitu usaha untuk membuka hubungan yang langsung dengan Allah dan jiwa yang bersifat ilahi itu. Orang-orang Gnostik ini menyusun beberapa “Injil” antara lain “Injil Thomas”. Di dalamnya terdapat kata-kata Yesus yang asli, tetapi kemudian kata-kata Yesus diolah sedemikian rupa untuk membenarkan ajaran/pandangan Gnostik. Tentunya bagi gereja, Gnostik merupakan tantangan yang sangat berat. Itu sebabnya dalam surat-surat rasul Paulus, bahkan Injil Yohanes kita dapat melihat pergulatan tersebut.
Untuk melawan ajaran Gnostik itu para bapa gereja mendirikan 3 strategi, yaitu membuat kanon Alkitab, Pengakuan Iman, dan Uskup. Dalam penyunanan Kanon (= ukuran, patokan) gereja sudah memiliki PL. Karena itu gereja tidak membuang PL untuk menyatakan kebenaran Allah. Injil dan surat-surat para rasul dinyatakan sebagai firman Allah. Untuk itu gereja harus membuat pilihan, kitab atau surat yang manakah benar-benar berasal dari murid Tuhan. Pada tahun 200 telah tersusun daftar PB sebagai kanon. Selain itu gereja juga membuat ringkasan pokok-pokok kepercayaan yang menjadi pegangan jemaat. Pengakuan iman yang tertua: “Yesus adalah Tuhan” (I Kor. 12:3). Kemudian pengakuan itu berkembang menjadi Pengakuan Iman Rasuli.
Soal Uskup menjadi penting peranannya karena ia dianggap berwenang mengartikan ajaran Alkitab. Sebab mereka dipandang sebagai pengganti para rasul. Uskup-uskup inilah yang kemudian meneruskan ajaran iman Kristen kepada jemaat. Hanya kemudian timbul persoalan: siapa yang berkuasa: Kanon Alkitab ataukah Uskup? Gereja Roma menganggap Uskup Roma yaitu Paus sebagai pengganti rasul Petrus sehingga Paus memiliki wewenang untuk menafsirkan Alkitab. Reformasi abad XVI memprotes anggapan tersebut. Reformasi menegaskan bahwa penahbisan para pejabat gereja tidak terlepas dari firman Allah. Pandangan gereja-gereja Reformatoris tersebut tidak diterima oleh gereja Katolik Roma, gereja Orthodoks Timur dan Anglikan yang berpegang pada pewarisan jabatan rasul-rasul selaku dasar kekuasaan jabatan.
Dengan ketiga “benteng” tersebut (kanon, pengakuan iman, uskup) dalam perkembangannya gereja merasa sudah “establish”, sehingga banyak orang Kristen tidak memiliki kerinduan akan kedatangan Tuhan Yesus seperti zaman para rasul. Karena itu muncullah gerakan Montanisme. Dalam ajaran Montanisme menekankan: harapan lama akan kedatangan Tuhan kembali, karunia-karunia Roh, disiplin gerejawi yang keras. Dalam hal ini Montanus (tahun 160) menyatakan bahwa di dalam dirinya sudah datang Roh Penolong yang dijanjikan oleh Yesus (Yoh. 14:6, 26). Dua wanita yang mendampinginya. Isi pernyataan mereka disampaikan dalam bahasa lidah, yang isinya bahwa akhir dunia sudah sampai. Karena itu jangan lagi kawin, tetapi berpuasalah dan tinggalkanlah dunia untuk berkumpul di Pepuza (sebuah desa di Asia Kecil) karena di sana Tuhan akan segera mendirikan Yerusalem yang baru. Orang berbondong-bondong datang sesudah menjual segala harta-bendanya. Mereka rajin mencatat pernyataan-pernyataan dari mulut pemimpin mereka dan menganggap setara dengan Alkitab. Tetapi ternyata pada hari yang ditentukan hari Tuhan tidak datang. Walau demikian, gerakan Montanisme tetap hidup dan tersebar ke berbagai propinsi. Gerakan ini bertahan sampai abab IV, lalu hilang. Tetapi di kemudian hari timbul kembali.
4. Penganiayaan dan Penghormatan
Semula gereja dianiaya, dihambat dan secara sistematis berusaha dihancurkan sampai tahun 250. Saat itu Negara mengambil inisiatif untuk secara sistematis memusnahkan agama Kristen. Dalam hal ini kaisar Decius (250) dan kaisar Diocletianus (300) adalah para tokoh yang sangat membenci agama Kristen. Tetapi keadaan berubah sejak kaisar Konstantinus Agung (312-337) dengan mengeluarkan edit Milano (313). Sikap Konstantinus berubah ketika sebelum melakukan pertempuran untuk merebut takhta di Roma (312) ia melihat sinar terang dalam bentuk salib di langit, disertai perkataan: “dengan tanda ini engkau akan menang”. Sesudah berhasil merebut takhta, maka pada tahun 313 ia mengumumkan gereja memperoleh kebebasan penuh. Malahan semua milik gereja yang telah dirampas selama penghambatan harus dikembalikan. Pada waktu pengumuman edik Milano tersebut, Konstantinus belum menjadi Kristen. Dalam perkembangannya gereja mulai dianakemaskan. Negara memberi banyak uang untuk mendirikan gedung-gedung gereja yang baru. Selain itu Negara juga memaksa semua anggota sekte Kristen untuk masuk menjadi anggota gereja. Pada tahun 380 kaisar Theodosius mengeluarkan peraturan bahwa segenap rakyat harus menganut agama Kristen, yaitu agama Kristen Orthodoks. Walau di sisi lain para kaisar mendukung gereja, tetapi pada sisi lain mereka juga ingin memperoleh pengaruh dari gereja. Mereka berusaha agar para Uskup yang dipilih adalah mereka yang memihak kepada pemerintah. Gereja harus mengutuk musuh-musuh kaisar. Apabila terjadi persoalan dalam gereja, kaisar ikut campur dan dapat membuang tokoh-tokoh yang yang tidak disukai. Dengan keadaan itu gereja menjadi kaya raya dan jumlah orang Kristen menjadi melonjak drastis. Keadaan itu tidak membuat banyak orang Kristen puas, karena itu mereka memilih pergi hidup menyendiri untuk beraskese. Mereka prihatin karena banyak orang Kristen mengabaikan hidup penyangkalan diri sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Karena itu lahirlah biara dalam kehidupan gereja.
KURSUS SABAT
SEJARAH GEREJA II
Teologia dan Kepercayaan Abad Pertengahan
Ciri teologia dan kepercayaan abad pertengahan pada prinsipnya merupakan suatu kompromi antara ajaran Alkitab dengan filsafat Yunani, dan juga suatu kompromi antara kesalehan yang bersifat alkitabiah dengan agama kafir (Yunani dan Romawi yang tersebar di Eropa sebelumnya datangnya agama Kristen. Sebagaimana diketahui sesudah tahun 1000, orang-orang Eropah Barat mulai memperhatikan kembali tulisan filsafat Yunani khususnya tulisan dari Plato dan Aristoteles. Karena pengaruh itu gereja berusaha untuk menyelaraskan ajaran gereja dengan filsafat Yunani. Aliran teologia inilah yang kita sebut dengan teologia Scholastik.
Sikap gereja yang lebih cenderung untuk menyelaraskan dengan filsafat Yunani, karena pada zaman itu filsafat Yunani terutama Plato dan Aristoteles begitu berpengaruh. Keadaaan itu merupakan ancaman bagi gereja. Bahayanya lebih besar dari pada masalah dan ancaman dari para bidat. Padahal filsafat Aristoteles dan Plato memiliki pemikiran yang sangat berbeda dengan ajaran Alkitab. Jalan keluar yang ditempuh oleh gereja adalah menyelaraskan ajaran gereja dengan filsafat Yunani. Tokoh terkemuka dalam sejarah teologia Scholastik adalah Thomas Aquino (1225-1274), seorang rahib anggota ordo Dominikan. Ia berhasil menampung azas-azas filsafat dalam suatu sistem teologia. Karya utamanya berjudul: Summa Theology. Menurut Thomas, apa yang telah diajarkan oleh para filsuf memang benar, tetapi hanya merupakan kebenaran tingkat bawah/kodrati. Sedang dalam Alkitab, kita dapat menemukan kebenaran adikodrati. Ciri penulisan dari Thomas Aquino adalah ia berbicara tentang Allah dengan menggunakan filsafat Plato dan Aristoteles. Juga terlihat pemikiran Thomas tentang manusia. Menurut iman Kristen, manusia telah dirusak oleh kuasa dosa sehingga ia tidak dapat berbuat sesuatu yang berkenan kepada Allah. Sebaliknya dalam pemikiran Yunani, manusia dipandang secara lebih optimistik. Dalam teologia Scholastik, kedua pandangan tersebut diselaraskan. Allah dan manusia bekerja sama. Manusia tidak dapat menghasilkan perbuatan yang benar. Tetapi Allah mencurahkan anugerahNya ke atas manusia. Anugerah itu adalah suatu kekuatan adikodrati yang disalurkan kepada manusia melalui sakramen. Di antara sakramen-sakramen yang berjumlah 7 tersebut, yang terpenting adalah sakramen Ekaristi.
Kehidupan Gereja Akhir Abad Pertengahan
Selama abad Pertengahan, gereja menekankan agar kepercayaan dan kesalehan dihubungkan dengan sakramen. Pola pendekatan ini dianggap kaku. Sebab kasih karunia Tuhan dapat diperoleh secara otomatis melalui sakramen, perbuatan-perbuatan amal, bahkan kadang-kadang dengan hanya membayar uang, tanpa perubahan hati yang sungguh-sungguh. Karena itu ada beberapa upaya yang menghayati kasih-karunia Tuhan dengan cara mengabdi dan mencari Tuhan dengan segenap hati.
Ada 3 cara yang berkembang, yaitu:
- Mencari Tuhan dengan jalan mistik (tokohnya: Bernhard dari Clairvaux, Eckhart).
- Mencari Tuhan dengan mendengarkan firmanNya dan memberi kritik terhadap teologia dan kepercayaan gereja pada waktu itu (benih-benih kritik dari para perintis Reformasi, yaitu: Wyclif dan Yohanes Hus).
- Kembali kepada suasana gereja lama/perdana dan kritik terhadap teologia dan kepercayaan resmi yang tidak sesuai dengan kehidupan gereja perdana (kaum humanis).
Tetapi yang tampak pada akhir abad Pertengahan adalah munculnya tokoh-tokoh mistik, yaitu Bernhard dari Clairvaux (1150) dan Eckhard (1300). Mereka mengajarkan agar manusia dapat mengalami dan merasai Allah secara langsung. Pengalaman ini bukanlah soal akal, tetapi dalam persekutuan mistis dengan Dia sehingga keakuan manusia hilang tenggelam di dalam ke-Allah-an. Dasar pemikiran mistis, karena jiwa manusia bersifat ilahi dan kembali ke asalnya. Tetapi perlu ditegaskan, bahwa para mistikus Kristen pada umumnya tetap mempertahankan perbedaan antara Khalik dengan manusia sebagai mahluk. Bernhard sangat terkesan dengan kemanusian dan kelemahan Kristus. Karena itu ia mengajarkan bahwa jiwa manusia akan mencapai kesatuan dengan Kristus melalui 3 tahap, yaitu: a). Bila melihat Kristus, jiwa itu akan menyesali dosa dan bertobat, b). jiwa itu memikirkan dan mencoba meneladani kasih Kristus yang tampak dalam penderitaanNya, c). jiwa itu dilimpahi dengan kasih Kristus dan dinyalakan oleh api kasihNya. Sedangkan Eckhard lebih berani berbicara tentang kemungkinan persatuan jiwa dengan Allah. Pada tingkat kesadaran dan persatuan yang tertinggi, manusia dapat begitu dekat dengan Allah sehingga tidak dapat dibedakan lagi denganNya.
Di samping itu telah berkembang para perintis Reformasi, yaitu Wyclif dan Yohanes Hus. Menurut para perintis reformasi ini, Alkitab harus merupakan pusat perhatian dari Gereja, karena itu Wyclif (1350) menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Mereka juga mengecam kekayaan yang ditumpuk oleh gereja dan kekuasaan kaum klerus atas kaum awam, serta menolak ajaran transubtansiasi.
Sedang kaum humanis yang ingin kembali ke suasana gereja perdana, salah seorang tokohnya adalah Erasmus (1500). Aliran humanisme sudah muncul sejak abad XIV. Mereka menginginkan agar orang-orang Kristen mencari kebaikan bukan dengan berbagai macam upacara dan latihan lahiriah; melainkan dengan mempelajari Alkitab dan mengikuti teladan Kristus dengan kerendahan hati dan pelayanan kepada sesama manusia. Karena itu kaum humanisme menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, dan menghidupkan kembali studi bahasa asli Perjanjian Lama yaitu bahasa Ibrani.
Secara umum gereja mengalami kemerosotan moral khususnya para pimpinan gereja termasuk Paus melakukan berbagai tindakan yang immoral. Selain itu gereja makin terancam dengan majunya orang-orang Turki yang berhasil merebut kota Konstantinopel tahun 1453, sehingga kekaisaran Romawi Timur hilang dan kemudian orang-orang Turki juga berhasil menduduki seluruh Eropa Tenggara. Sehingga Gereja Orthodoks Timur akhirnya tunduk ke bawah kekuasaan Islam kecuali di Rusia sampai abad XIX.
Reformasi Gereja: Martin Luther
Reformasi gereja lahir dan berkembang di dalam lingkungan gereja dan masyarakat Eropa Barat. Khususnya reformasi tersebut dicetuskan melalui hasil pergumulan seorang rahib Jerman yaitu Martin Luther. Waktu itu cita-cita tentang persatuan semua orang Kristen di bawah pimpinan Paus telah pudar. Martin Luther lahir tanggal 10 Nopember 1483 dan dibesarkan dalam suatu keluarga yang setia kepada gereja Roma Katolik. Umur 21 tahun, Luther memutuskan studinya dan menjadi seorang rahib. Pada tahun 1505 ia masuk biara yang paling keras aturannya, yaitu biara ordo Agustin. Tahun 1507 ia ditahbiskan menjadi seorang Imam. Tahun 1510 ia dikirim ke Roma untuk mengurus perkara bagi ordo Agustin. Setelah itu dua tahun kemudian dia memperoleh gelar doctor dalam bidang Alkitab. Luther seorang rahib yang sangat serius, tetapi ia gelisah soal keselamatannya: “bagaimanakah aku bisa mendapat rahmat Allah”. Sekitar tahun 1514, Luther menemukan jalan keluar dari kesusahannya itu yaitu ketika ia membaca Rom. 1:16-17. Saat itu ia merasa firman Tuhan yang dibacanya itu membebaskan seluruh bebannya. Ia menemukan pencerahan, bahwa manusia hanya dapat beriman, bahwa Allah tidak menuntut tetapi Ia memberi anugerah.
Karena itu yang menyebabkan timbulnya pembaharuan (reformasi) gereja adalah perbedaan antara teologia dan praktek gereja dengan ajaran Alkitab sebagaimana yang diketemukan oleh Luther. Tetapi pemicu reformasi gereja adalah gereja melakukan penjualan surat-surat penghapusan dosa. Di Jerman, banyak imam yang menjual surat-surat penghapusan dosa, salah satu yang terkenal adalah John Tetzel. Untuk itu Luther menentang dan menerbitkan 95 dalilnya yang di pintu gereja Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517. Ia menegaskan, bahwa: “Bukan sakramen, tetapi imanlah yang menyelamatkan”.
Pada tahun 1519 Luther menyatakan bahwa Paus dapat keliru, dan juga keputusan konsili-konsili dapat salah. Dengan demikian seluruh tradisi gereja yaitu anggapan dan kebiasaan-kebiasaannya tidaklah mutlak sehingga harus diletakkan di bawah Alkitab. Selain itu Luther menegaskan bahwa Paus dan kaum rohaniawan tidak boleh berkuasa atas kaum awam, sebab setiap orang Kristen adalah imam dan ikut bertanggungjawab dalam gereja. Karena itu berkhotbah dan bercocok tanam sama tingkatannya. Hal sakramen, Luther menegaskan bahwa hanya sakramen baptisan dan perjamuan kudus yang memiliki dasar Alkitabiah. Tetapi sakramen tidak dianggap sebagai saluran anugerah ke dalam diri kita. Sakramen hanyalah tanda dari apa yang dinyatakan oleh Firman itu. Akibatnya gereja Roma dan Negara Jerman mengutuk dan mengucilkan Luther, tetapi raja Frederich tetap melindungi Luther. Tahun 1520 keluarlah bulla (surat resmi) dari Paus yang intinya meminta agar Luther menarik ajarannya jika ia tidak mau dikenai hukum gereja. Justru kemudian Luther melawan bulla dari Paus itu. Luther menyampaikan pembelaannya di hadapan kaisar dan raja-raja pada tanggal 18 April 1521. Kemudian keluarlah edik Worms yang menyatakan bahwa Luther bersama pengikutnya dikucilkan dari masyarakat dengan “kutuk kekaisaran”. Tetapi ia diselamatkan oleh raja Frederich yang Bijaksana dan disembunyikan di puri Wartburg untuk sementara waktu. Dalam persembunyiannya, Luther menterjemahkan PB ke dalam bahasa Jerman, dan membuat berbagai tulisan untuk perbaikan gereja, yang mana ia menegaskan bahwa Misa tidak harus dilayani dengan bahasa Latin tetapi dengan bahasa setempat. Selain itu Luhter menegaskan agar khotbah diberi tempat yang lebih wajar dalam kebaktian.
Reformasi: Yohanes Calvin
Yohanes Calvin (1509-1564) berlatar-belakang seorang sarjana hukum Perancis yang berminat dengan ilmu teologia. Setelah ia menjadi pengikut Luther, ia diusir dari tanah airnya dan menjadi Pendeta di kota Jenewa (Swiss). Tahun 1533, ia mengalami Allah telah menaklukkannya sehingga rela menjadi pelayannya. Tahun 1536, ketika ia masih berumur 26 tahun Calvin telah berhasil menyelesaikan kitabnya yang berjudul Institutio, yaitu pengajaran tentang iman Kristen. Calvin setuju dengan ajaran pembenaran karena iman, tetapi lebih dari pada itu ia menekankan penyucian atau kehidupan baru yang harus ditempuh oleh orang Kristen yang bersyukur karena Allah telah menyelamatkannya. Karena itu Calvin menegaskan agar jemaat hidup kudus. Jikalau jemaat melanggar kehidupan kudus tersebut, maka ia akan dikenai disiplin gereja. Untuk itu Negara dan pemerintah Jenewa ikut mengawasi kehidupan para anggota masyarakat. Tetapi Calvin menegaskan bahwa antara gereja dan Negara tidak berada lebih tinggi, tetapi keduanya berdampingan untuk melaksanakan kehendak Allah. Setelah itu Calvin diangkat menjadi Pendeta di kota Strrasburg. Di kota tersebut Calvin menciptakan suatu tata ibadah yang baru. Tata ibadah yang disusun Calvin masih tetap dipakai dalam kebanyakan gereja di Indonesia. Sikap Calvin terhadap warisan gereja Roma Katolik sangat keras. Ia melarang segala hal yang berhubungan dengan suasana gereja Katolik (lilin, pakaian khusus bagi pendeta, altar, patung-patung, bahkan salib-salib ditolak). Sejak tahun 1541 sampai meninggalnya pada tahun 1654, Calvin tinggal lagi di Jenewa. Selama itu ia melanjutkan usahanya untuk mengatur kehidupan jemaat: menyusun Tata Gereja yang baru, berjuang menentang segala sesuatu yang tidak sopan dalam jemaat agar nama Allah dihormati dalam seluruh kehidupan kota. Dalam tulisannya yang berjudul: Undang-Undang Gerejani, Calvin mengajarkan tentang jabatan Penatua dan Diaken (Syamas). Dengan pola jabatan gereja tersebut, maka Calvin telah menghapuskan batas antara klerus dengan awam. Sistem pemerintahan gereja inilah yang dikenal dengan sistem presbiterial. Pengaruh Calvin sangat besar di seluruh Eropa. Tahun 1539 didirikan universitas Jenewa yang menjadi tempat latihan bagi ratusan pendeta dari berbagai negeri. Sehingga kemudian lahirlah gereja-gereja “Calvinis” di berbagai tempat di dunia ini.
Kontra-Reformasi
Karena begitu banyak gereja yang melepaskan diri dari Roma Katolik, maka gereja Roma Katolik melakukan kontra-reformasi. Dalam kontra-reformasi dilakukan gerakan yang melawan pembaharuan gereja yang dipelopori oleh Luther dan Calvin. Tetapi serentak juga merupakan suatu pembaharuan terhadap internal gereja Roma Katolik. Tokoh penggempur untuk melawan gerakan reformasi adalah Ignatius dari Loyola dari Serikut Yesus (1491-1556). Konsili Trente menolak ajaran Reformasi. Selama tahun 1550-1700, gereja Roma Katolik melawan gerakan reformasi, tetapi tidak berhasil memusnahkan hanya mampu membatasi. Untuk itu gereja menegakkan konsili Trente dengan Inkwisisi agar jangan ada penyimpangan dari apa yang telah diputuskan oleh konsili Trente. Hukuman Inkwisisi tidak mengenal bulu sebab hukuman mati dengan dibakar hidup-hidup dikenakan kepada siapa saja yang dianggap bersalah. Hasilnya perjuangan kontra-reformasi adalah kekuasaan gereja Roma dipulihkan dalam wilayah yang luas, hanya di beberapa tempat minoritas Protestan di Eropa Tengah tetapi Inggris dan Belanda tetap Protestan.
Bagaimana pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman menyucikan dan menyelamatkan umat manusia?
“Dan kalau ada orang yang mendengar perkataan-Ku, dan tidak percaya, Aku tidak menghakiminya: karena Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkan dunia. Dia yang menolak Aku dan tidak menerima firman-Ku, sudah ada yang menghakiminya: firman yang Aku nyatakan, itulah yang akan menghakiminya di akhir zaman” (Yohanes 12:47-48).
“Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu” (Yohanes 16:12-13).